Rabu, 05 Maret 2014

Tugas Manajemen Bisnis Pak Gita

KINERJA BANK SYARIAH
TAHUN 2005-2009
Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)
Indikasi
2005
2006
2007
2008
2009
Aset
20.880
28.722
36,537
49.555
66.090
DPK
15.584
20.672
28.011
36.852
52.271
Pembiayaan
15.270
20.445
27.944
38.198
46.886
FDR
97,76%
98,90%
99.76%
103.65%
89.70%
NPL
2,82%
4,75%
4,07%
3.95%
4.01%

Table di atas menunjukkan perkembangan indikasi-indikasi perbankan syariah. Perkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih dari 33.37 %. Penghimpunan dana dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar 41.84 % dan 22.74 %.
                     
Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dinyatakan dengan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki rata-rata FDR sebesar 97.65 persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya, pada tahun 2008 Financing to Defosit Ratio perbankan syariah lebih dari 100 %. Tingginya tingkat FDR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan maret – November 2008 lebih besar dari Dana Pihak ketiga.
                                                           
Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari DPK, tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang dinyatakan dalam Non Performing Financing (NPF) ternyata lebih sedikit dari periode tahun 2006-2007, yakni hanya sebesar 3.95%, masih dibawah batas ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya bank syariah betul betul menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan perbankan syariah relatif lebih sehat.



Dinamika Rasio Keuangan CAR,LDR, NPL, BOPO, ROA, dan NPL Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia RASIO
(%)
BANK UMUM SYARIAH
BANK UMUM KONVENSIONAL
2006
2007
2008
2009
2010
2006
2007
2008
2009
2010

CAR
13,73
10,67
12,81
10,77
16,7
21,27
19,30
16,76
17,42
17,18

LDR
98,90
99,76
103,65
89,70
87,60
61,56
66,32
74,58
72,88
75,21

NPL
4.75
4,05
4,17
4,01
6,50
6,07
4,07
3,20
3,31
2,56

BOPO
76.77
76,54
81,75
84,39
82,38
86,98
84,05
88,59
86,63
86,14

ROA
1.55
2.07
1.42
1.48
1,59
2,64
2,78
2,33
2,60
2,86



Descriptive Statistics Rasio Keuangan
Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia RASIO
Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional
Mean
Std.Dev
Mean
Std. Dev
CAR
11.9430%
1.56714%
16.9150%
3.40134%
LDR
86.0890%
6.63163%
55.5480%
7.09511%
NPL
3.2620%
2.36088%
1.3970%
1.66483%
BOPO
80.2210%
6.74711%
79.4810%
8.58912%
ROA
2.334%
1.3478%
2.126%
.8795%






4.4.1. Analisis Rasio CAR

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 11,943%, lebih kecil dibandingkan dengan mean rasio CAR Bank Umum Konvensional sebesar 16,915%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2006-2010 Bank Umum Konvensional memiliki CAR lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Syariah, karena semakin tinggi nilai CAR maka akan semakin bagus kualitas permodalan bank tersebut. Akan tetapi, jika mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia bahwa standar CAR yang terbaik adalah 8%, maka Bank Umum Syariah masih berada pada kondisi yang ideal karena masih berada diatas ketentuan Bank Indonesia. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 1,56714 menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 11,9430. Standar deviasi Bank Umum Konvensional sebesar 3,40134 juga menunjukkan simpangan data yang relative kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 16,9150. Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel CAR cukup baik.

4.4.2. Analisis Rasio LDR

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio LDR sebesar 86,089%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio LDR pada Bank Umum Konvensional sebesar 55,548%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2006-2010 Bank Umum Syariah memiliki LDR lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional. Bank Umum Syariah memenuhi standar LDR terbaik dari Bank Indonesia, yaitu sebesar 85-110%, sedangkan Bank Umum Konvensional tidak memenuhi standar terbaik dari Bank Indonesia. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 6,63163 menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 86,0890. Standar deviasi Bank Umum Konvensional sebesar 7,09511 juga menunjukkan simpangan data yang relative kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 55,5480. Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel LDR cukup baik.



4.4.3. Analisis Rasio NPL

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio NPL sebesar 3,262%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio NPL pada Bank Umum Konvensional sebesar 1,397%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2006-2010 Bank Umum Konvensional memiliki NPL lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Syariah, karena semakin rendah nilai NPL maka akan semakin baik kualitas asset suatu bank Akan tetapi, jika mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia bahwa standar NPL yang terbaik adalah dibawah 5%, maka Bank Umum Syariah masih berada pada kondisi yang ideal karena masih berada pada ketentuan Bank Indonesia.. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 2,36088 menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 3,2620. Standar deviasi Bank Umum Konvensional sebesar 1,66483 juga menunjukkan simpangan data yang relative kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 1,3970. Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel NPL cukup baik.
                                         

4.4.4. Analisis Rasio BOPO          

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio BOPO sebesar 80,221%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio BOPO pada Bank Umum Konvensional sebesar 79,481%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2006-2010 Bank Umum Konvensional memiliki BOPO lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Syariah, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia bahwa standar BOPO yang terbaik adalah dibawah 92%, maka Bank Umum Syariah masih berada pada kondisi yang ideal karena masih berada pada ketentuan Bank Indonesia. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 6,74711 menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 80,2210. Standar deviasi Bank Umum Konvensional sebesar 8,58912 juga menunjukkan simpangan data yang relative kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 79,4810. Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel BOPO cukup baik.


4.4.5. Analisis Rasio ROA

Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROA sebesar 2,33%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio ROA pada Bank Umum Konvensional sebesar 2,126%. Hal itu berarti bahwa selama periode 2006-2010 Bank Umum Syariah memiliki ROA lebih baik dibandingkan dengan Bank Umum Konvensional, karena semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada standar ROA dari Bank Indonesia yaitu sebesar 1,5%, maka Bank Umum Syariah masih berada dalam kondisi ideal. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 1,3478 menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 2,334. Standar deviasi Bank Umum Konvensional sebesar 0,8795 juga menunjukkan simpangan data yang relative kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 2,126. Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel ROA cukup baik


fernanda ayu 
meuthia nabila
wulan mufitasari
yasinta permana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar