KINERJA BANK SYARIAH
TAHUN 2005-2009
Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)
Indikasi
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
Aset
|
20.880
|
28.722
|
36,537
|
49.555
|
66.090
|
DPK
|
15.584
|
20.672
|
28.011
|
36.852
|
52.271
|
Pembiayaan
|
15.270
|
20.445
|
27.944
|
38.198
|
46.886
|
FDR
|
97,76%
|
98,90%
|
99.76%
|
103.65%
|
89.70%
|
NPL
|
2,82%
|
4,75%
|
4,07%
|
3.95%
|
4.01%
|
Table di atas menunjukkan perkembangan indikasi-indikasi
perbankan syariah. Perkembangan asset perbankan syariah meningkat sangat
signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan akhir tahun 2009 sebesar lebih
dari 33.37 %. Penghimpunan dana dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar
41.84 % dan 22.74 %.
Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan
besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dinyatakan dengan nilai Financing to
Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki rata-rata FDR sebesar 97.65
persen. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya, pada tahun
2008 Financing to Defosit Ratio perbankan syariah lebih dari 100 %. Tingginya
tingkat FDR tersebut karena pembiayaan yang disalurkan selama bulan maret –
November 2008 lebih besar dari Dana Pihak ketiga.
Yang perlu di catat disini adalah, meskipun pembiayaan yang
disalurkan lebih besar dari DPK, tetapi tingkat kegalalan bayar atau yang
dinyatakan dalam Non Performing Financing (NPF) ternyata lebih sedikit dari
periode tahun 2006-2007, yakni hanya sebesar 3.95%, masih dibawah batas
ketentuan minimal sebesar 5 persen. Artinya bank syariah betul betul
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dengan tidak
mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu juga, secara keseluruhan
perbankan syariah relatif lebih sehat.
Dinamika Rasio Keuangan CAR,LDR, NPL, BOPO, ROA, dan NPL
Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di Indonesia RASIO
(%)
|
BANK UMUM SYARIAH
|
BANK UMUM KONVENSIONAL
|
||||||||||||||||||||
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
|||||||||||||
CAR
|
13,73
|
10,67
|
12,81
|
10,77
|
16,7
|
21,27
|
19,30
|
16,76
|
17,42
|
17,18
|
||||||||||||
LDR
|
98,90
|
99,76
|
103,65
|
89,70
|
87,60
|
61,56
|
66,32
|
74,58
|
72,88
|
75,21
|
||||||||||||
NPL
|
4.75
|
4,05
|
4,17
|
4,01
|
6,50
|
6,07
|
4,07
|
3,20
|
3,31
|
2,56
|
||||||||||||
BOPO
|
76.77
|
76,54
|
81,75
|
84,39
|
82,38
|
86,98
|
84,05
|
88,59
|
86,63
|
86,14
|
||||||||||||
ROA
|
1.55
|
2.07
|
1.42
|
1.48
|
1,59
|
2,64
|
2,78
|
2,33
|
2,60
|
2,86
|
||||||||||||
Descriptive
Statistics Rasio Keuangan
Bank Umum Syariah dengan Bank Umum Konvensional di
Indonesia RASIO
|
Bank Umum Syariah
|
Bank Umum Konvensional
|
|||||||
Mean
|
Std.Dev
|
Mean
|
Std. Dev
|
||||||
CAR
|
11.9430%
|
1.56714%
|
16.9150%
|
3.40134%
|
|||||
LDR
|
86.0890%
|
6.63163%
|
55.5480%
|
7.09511%
|
|||||
NPL
|
3.2620%
|
2.36088%
|
1.3970%
|
1.66483%
|
|||||
BOPO
|
80.2210%
|
6.74711%
|
79.4810%
|
8.58912%
|
|||||
ROA
|
2.334%
|
1.3478%
|
2.126%
|
.8795%
|
|||||
4.4.1. Analisis Rasio CAR
Pada
tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean)
rasio CAR sebesar 11,943%, lebih kecil dibandingkan dengan mean rasio
CAR Bank Umum Konvensional sebesar 16,915%. Hal itu berarti bahwa selama
periode 2006-2010 Bank Umum Konvensional memiliki CAR lebih baik dibandingkan
dengan Bank Umum Syariah, karena semakin tinggi nilai CAR maka akan semakin
bagus kualitas permodalan bank tersebut. Akan tetapi, jika mengacu kepada
ketentuan Bank Indonesia bahwa standar CAR yang terbaik adalah 8%, maka Bank
Umum Syariah masih berada pada kondisi yang ideal karena masih berada diatas
ketentuan Bank Indonesia. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 1,56714
menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih
kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 11,9430. Standar deviasi
Bank Umum Konvensional sebesar 3,40134 juga menunjukkan simpangan data yang
relative kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 16,9150. Dengan
kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel CAR cukup baik.
4.4.2. Analisis Rasio LDR
Pada
tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean)
rasio LDR sebesar 86,089%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio
LDR pada Bank Umum Konvensional sebesar 55,548%. Hal itu berarti bahwa selama
periode 2006-2010 Bank Umum Syariah memiliki LDR lebih baik dibandingkan dengan
Bank Umum Konvensional. Bank Umum Syariah memenuhi standar LDR terbaik dari
Bank Indonesia, yaitu sebesar 85-110%, sedangkan Bank Umum Konvensional tidak
memenuhi standar terbaik dari Bank Indonesia. Standar deviasi Bank Umum Syariah
sebesar 6,63163 menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya
yang lebih kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 86,0890. Standar
deviasi Bank Umum Konvensional sebesar 7,09511 juga menunjukkan simpangan data
yang relative kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 55,5480.
Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel LDR cukup baik.
4.4.3. Analisis Rasio NPL
Pada
tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean)
rasio NPL sebesar 3,262%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio NPL
pada Bank Umum Konvensional sebesar 1,397%. Hal itu berarti bahwa selama
periode 2006-2010 Bank Umum Konvensional memiliki NPL lebih baik dibandingkan
dengan Bank Umum Syariah, karena semakin rendah nilai NPL maka akan semakin
baik kualitas asset suatu bank Akan tetapi, jika mengacu kepada
ketentuan Bank Indonesia bahwa standar NPL yang terbaik adalah dibawah 5%, maka
Bank Umum Syariah masih berada pada kondisi yang ideal karena masih berada pada
ketentuan Bank Indonesia.. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 2,36088
menunjukkan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih
kecil daripada nilai mean-nya yaitu sebesar 3,2620. Standar deviasi Bank
Umum Konvensional sebesar 1,66483 juga menunjukkan simpangan data yang relative
kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 1,3970. Dengan kecilnya
simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel NPL cukup baik.
4.4.4. Analisis
Rasio BOPO
Pada
tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean)
rasio BOPO sebesar 80,221%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio
BOPO pada Bank Umum Konvensional sebesar 79,481%. Hal itu berarti bahwa selama
periode 2006-2010 Bank Umum Konvensional memiliki BOPO lebih baik dibandingkan
dengan Bank Umum Syariah, karena semakin rendah nilai BOPO maka akan semakin
baik kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia
bahwa standar BOPO yang terbaik adalah dibawah 92%, maka Bank Umum Syariah
masih berada pada kondisi yang ideal karena masih berada pada ketentuan Bank
Indonesia. Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 6,74711 menunjukkan
simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada
nilai mean-nya yaitu sebesar 80,2210. Standar deviasi Bank Umum
Konvensional sebesar 8,58912 juga menunjukkan simpangan data yang relative
kecil daripada nilai mean-nya, yaitu sebesar 79,4810. Dengan kecilnya
simpangan data, menunjukkan bahwa data variabel BOPO cukup baik.
4.4.5. Analisis Rasio ROA
Pada
tabel di atas dapat terlihat bahwa Bank Umum Syariah mempunyai rata-rata (mean)
rasio ROA sebesar 2,33%, lebih besar dibandingkan dengan mean rasio ROA
pada Bank Umum Konvensional sebesar 2,126%. Hal itu berarti bahwa selama
periode 2006-2010 Bank Umum Syariah memiliki ROA lebih baik dibandingkan dengan
Bank Umum Konvensional, karena semakin tinggi nilai ROA maka akan semakin baik
kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada standar ROA dari Bank Indonesia
yaitu sebesar 1,5%, maka Bank Umum Syariah masih berada dalam kondisi ideal.
Standar deviasi Bank Umum Syariah sebesar 1,3478 menunjukkan simpangan data
yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil daripada nilai mean-nya
yaitu sebesar 2,334. Standar deviasi Bank Umum Konvensional sebesar 0,8795 juga
menunjukkan simpangan data yang relative kecil daripada nilai mean-nya,
yaitu sebesar 2,126. Dengan kecilnya simpangan data, menunjukkan bahwa data
variabel ROA cukup baik
fernanda ayu
meuthia nabila
wulan mufitasari
yasinta permana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar